#08-Bertemu di Titik Awal (Lagi)
Hai? Masih dengan memori yang sama, ya? Kembali lagi dan lagi dari masa-masa sulit.
Ada rasa kecewa dan kesal yang mengganjal perihal diri yang tak tahu diri. Ingin rasanya tenggelam bersama langit-langit muram. Sepertinya akan lebih baik jika kembali lagi setelah mengarungi indahnya pelangi berbagai warna, daripada mengarungi eloknya awan mendung. Ada rasa sedih yang tak terelakkan pula, akibat dari patah semangat yang belum usai. Ah, tidak hanya semangat saja ternyata ... ricuh di pikiran pun juga.
Haruskah kuucapkan 'selamat datang' kepada si pemilik jiwa yang kembali asing?
"Selamat datang si asing yang tak tahu kata konsisten." Tertawa pun sudah serasa hampa, hanya kekosongan, ah bukan-bukan, kebodohan semu yang kembali bertemu.
Sekarang kembali memulai lagi dan lagi dari awal. Jika ada pertanyaan begini, "Tidak bosan untuk kembali memulai sesuatu yang tak pernah diakhiri?"
Haruskah kujawab dengan sepenuh hati? Sebenarnya ada beberapa fakta positif yang ternyata memotivasiku. Namun, kamu ingin jawaban yang bagaimana?
"Iya, aku sangat lelah dan bosan dengan semua ini. Aku juga ingin mengakhirinya segera." Seperti itukah jawaban yang kamu inginkan? Ingin aku menyesal dan kembali merenungi diri? Menghilang? Ya, bisa saja itu yang kamu inginkan.
Tetapi bukan itu jawaban yang akan aku berikan kepadamu, bisa saja jawabanku akan sangat membuatmu kecewa dan membenci pemikiranku. Sejujurnya pikiranku tidak sesederhana kelihatannya, malah pikiranku sangat rumit. Kalau kamu melihat jika pemikiranku sangat sederhana, itu tandanya kamu tidak benar-benar mengetahuiku.
Aku melihat hal kecil dari berbagai aspek dan sudut pandang yang luas. Bisa saja hal tersebut negatif, tetapi aku juga melihat hal positif yang bisa aku ambil, lalu aku jadikan pengalaman dan motivasi hidupku. Sesederhana itu memang tampaknya, tapi jauh di dalam pikiranku, itu sangat ricuh.
Oke ini jawabanku untukmu yang telah lama menunggu, "Bosan? Tidak ada kata bosan untukku ketika memulai awal yang baru lagi. Karena aku hanya manusia biasa yang tentunya hampir setiap hari aku menghadapi hal-hal baru yang membuatku harus kembali ke titik awal, seperti kertas kosong. Aku melihat berbagai perspektif untuk aku jadikan bahan ajaran diriku. Agar diriku mengerti, jika dunia ini tidak penuh dengan hal-hal yang baik."
"Aku sangat mengerti diriku, terutama ketidak-konsistenanku. Sampai detik ini, aku selalu berusaha untuk konsisten terhadap semua tanggung jawabku." Pikiran dan hatiku serentak menjawab begitu.
Semangat untuk jiwa-jiwa manis yang selalu berani beradu argumentasi.
Selamat datang di memori-memori yang tak pernah usai.

Komentar
Posting Komentar